Artikel,,,
Badai Hijab Formalitas ?!
Maraknya
asumsi hijab pada media massa maupun sosial media, menjadikan hijab
permasalahan sensitif yanga tak pernah dingin. Banyak masyarakat baik ulama
telah menjadikan kebenaran mutlak (hijab) sebagai bahan perselisihan kebenaran
relatif. Inilah awal timbulnya badai yang melanda hijab bagi wanita muslim,
khususnya pelajar. Hakikat hijab sebagai baju kurung yang lapang dan dapat
menutup kepala dan dada, seakan terusir dalam pergaulan remaja wanita masa
kini. Kita tidak tahu makna berhijab bahkan tujuan kita memakai hijab, sehingga
hijab sekedar ajang formalitas semata.
Padahal,
pentingnya kewajiban wanita memakai hijab terurai jelas pada berbagai kitab
suci. Salah satunya, kitab injil dalam korintus ayat 5-13 yang menganjurkan
wanita menutup auratnya. Kemudian Allah SWT mempertegas kembali dalam Al-Qur’an
sebagai penyempurna kitab terdahulu.
“ Wahai Nabi!
Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang
mu’min, ’Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka’. Yang
demikian itu agar mereka lebih muda untuk dikenali, sehingga mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” ( Q.S al-Ahzab : 59 )
Itulah
ayat yang menggabarkan pentingnya jilbab/hijab bukan hanya sebetas anjuran.
Tujuan utama hijab adalah alat pengantisipasi datangnya gangguan bagi kaum
hawa. Selain itu, hijab merupakan simbolis identitas social, kehormatan, dan
harga diri yang sangat diperjuangkan pelajar wanita masa kini, untuk menghadapi
masa depan esok. Sebab sebagian pelajar wanita kehilangan masa depan, karena
masalah seksual. Akibat gaya hidup berpakaian yang menyepelekan dan
mempergunakan hijab sebatas “formalitas” (keterpaksaan) saja. Keterangan tadi
adalah bukti konkrit bahwa islam agama moderat berlandasan rasionalitas dengan
latar belakang alasan logis.
Dalam
kehidupan berbangsa, pelajar wanita memiliki dua peran penting. Yang pertama, sebagai pelajar. Yaitu ‘agent
of feature’ yang mencakup agent of moral, agent of change dan agent-agent lainnya.
Artinya nasib suatu bangsa esok bergantung pada sikap generasi muda saat ini.
Bahkan mantan presidan Ir. Soekarno mengungkapkankan gambaran kehebatan
generasi muda. “berilah aku sepulu pemuda, maka aku akan mengubah dunia”.
Justru yang terjadi saat ini, sepuluh pemuda malah membentuk boyband dan girlband. Khususnya wanita malah memperlihatkan aurat tanpa malu
dan berhijab tidak sesuai syariat alias sebatas hiasan. Maka munculah pelecehan
seksual dimana-mana dan hancurlah negeri ini.
Kedua, sebagai
wanita. Yaitu tiang negara seperti yang telah dijelaskan dalam hadits : “Wanita
adalah tiang Negara. Jika rusak, maka Negara juga akan rusak. Dan jika baik,
maka Negara juga akan baik”. Wanita yang baik adalah wanita yang bisa menjaga
dan menghargai dirinya sendiri. Maksudnya, menjaga aurat dan menghargai dirinya
sebagai wanita.
Ironisnya,
siswi sekolah negeri, swasta islam, dan pesantren sekalipun, cenderung
mem-bully hijab. Di sekolah negeri, siswi berhijab terkesan dikucilkan teman
maupun pihak sekolah. Hal ini memunculkan sikap lepas-pakai hijab oleh siswi.
Mereka takut sekaligus tidak PD (percaya diri) menjalankan kewajibannya.
Sementara di sekolah islam maupun pesantren yang telah mewajibkan siswi
berhijab. Siswi malah mengumpat peraturan tersebut. Missal, memendekkan hijab
yang telah ditetapkan madrasah atau pesantren dan memosting foto tanpa di
jejaring sosial. Inilah yang disebut munafik! Mereka berjanji dan melaksanakan
kewajiban berhijab di sekolah. Namun, diluar kegiatan formal mereka berkhianat
dan berdusta dengan melepas hijab tanpa malu atas kemunafikannya. Bukannya
bersyukur, sebab Allah SWT telah mempermudah melaksanakn kewajiban.
Cobalah
kita lihat kebelakang! Berkibarnya
hijab di bumi pertiwi telah melewati sejarah luka yang panjang dan lama.
Sekitar tahun 1980-an, ribuan mahasiswi dan pelajar berhijab membanjiri jalanan
di berbagai kota besar. Mereka memprotes keputusan yang melarang hijab di
sekolah. Revolusi jilbab/hijab di Indonesia bermula tahun 1979. Siswi-siswi
berkerudung di SPG Negeri Bandung hendak dipisahkan pada lokal khusus. Mereka
langsung memberontak atas perlakuan diskriminasi terhadap jilbabnya. Ketua MUI
Jawa Barat turun tangan hingga pemisahan itu berhasil digagalkan. Ini adalah
kasus awal dari rentetan panjang sejarah hijab di bumi persada.Selanjutnya
tanggal 17 Maret 1982 keluar SK 052/C/Kep/D.82 tentang seragam sekolah nasional
oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah , Prof. Darji Darmodiharjo, S. H.
Pelaksanaan terhadap surat keputusan itu malah berujung pada larangan terhadap
hijab. Maka meledaklah demo barisan pembela hijab di seantero Indonesia.Ketika
itu tengah gencar-gencarnya penggusuran jilbaber dari bangku pelajaran. Para
muslimah terpaksa hengkang dari studi demi konsisten menjalankan syariat.
Mereka yang diusir dari sekolah, bahkan menggelar perkara ini sampai ke
pengadilan.Belum reda perjuangan jilbab di sekolah-sekolah, muncul fitnah baru
di penghujung 1989. Hijab penebar racun!? Seorang wanita diserang tiba-tiba,
diteriaki dan dituduh penebar racun. Orang-orang yang tersulut emosi langsung
merajam wanita itu hingga hampir meninggal dunia. Para muslimah menjadi takut
keluar rumah. Hingga kembali digelar tabligh akbar lautan pendukung
jilbab.Korban demi korban terus berjatuhan tetapi semangat berbusana takwa
makin berkobar hebat. Akhirnya, kebenaran tidak bisa lagi dihempang, aturan
Tuhanlah yang maha benar. Unjuk rasa, protes, demonstrasi dan dialog intensif
serta jalur hukum sampailah di saat yang berbahagia. Seiring keluarnya SK
Dirjen Dikdarmen No. 100/C/Kep/D/1991 hijab lengkap dengan busana menutup
auratnya dinyatakan ‘halal’ masuk sekolah. ( dikutip dari media intelektual :
Jakarta timur )
Perjuangan diatas tak lepas dari
harapan kiprahnya hijab saat ini. Karna itulah sebagai wanita muslim harus sadar
akan kewajiban menjalankan syariat. Sebab hijab memiliki tujuan pasti, alasan
logis, dan latar belakang konsisten (khususnya Indonesia). Hijab bukan
memperburuk mahkota kepala (rambut), tapi menjaga keelokannya. Umpama sepotong
roti mahal yang tersimpan rapi di etalase. Semua orang tahu roti dalam etalase
mahal dan terhormat, sehingga tidak ada yang berani menyentuh kecuali pembeli
pasti. Sementara, hijab bagi wanita adalah pelindung kehormatan diri, sehingga
tidak ada yang berani mengganggu kecuali orang yang telah menjadi mahramnya.
Manfaat ilmiah hijab telah
dibuktikan bebagai Negara muslim. Penelitian menyebutkan hijab dapat
meningkatkan kemampuan dan kesehatan kaum hawa. Sayangnya, manfaat diatas tidak
berlaku bagi wanita lepas-pakai hijab atau berhijab namun tidak sesuai syariat.
Karna remaja wanita yang menggunakan hijab lepas-pakai, hatinya dipenuhi
kegundahan dan keraguan alias galau. Sedangkan berhijab yang tidak sesuai
syariat lebih menarik perhatian lawan jenis dibandingkan orang yang tidak berhijab.
Lalu apa gunanya malu atau gengsi menggunakan hijab??! Kalaupun masih merasa
malu atau tidak PD (percaya diri) cobalah gabung diperkumpulan hijabbers.
Selain mendapatkan banyak teman kita bisa saling berbagi ilmu mengenai
mode hijab. Bagi pengagum mode, hijab
‘formalitas’ dianggap klasifikasi gaya era masa lalu.
Kesimpulannya, pemakaian hijab
tergantung pada niat kita masing-masing. Ubahlah lingkungan yang tidak
mendukung, menjadi antusias pada hijab. Gunakan kepercayaan diri, sehingga
semua orang akan mengganggap hijab pilihan yang tepat dan sangat konsisten.
Ket: hijab kata lain dari jilbab yang biasa dipergunakan
orang barat/internasional
penuturan disesuaikan dengan tema
Komentar
Posting Komentar